”Melodia!!!,” teriak seorang lelaki dari luar ruangan. Sesaat kemudian, ia masuk dengan langkah perlahan melewati sebuah pintu. Tangan kirinya, memegang dua lembar kertas putih bertuliskan larik-larik puisi. Sorot tajam matanya, menyapu seluruh ruangan. Di sekitarnya, tembok putih terpapar cahaya lampu kekuningan. Panel kayu coklat tua setinggi pinggang orang dewasa, menutup tembok bagian bawah hingga ke lantai. Puluhan penonton memenuhi deretan kursi, yang disusun meninggi ke belakang seperti di dalam ruangan bioskop. Sosok lelaki berkacamata bernama M.N Wibowo ini bagaikan magnet, membuat seluruh pasang mata tertuju padanya. Ia mengenakan jas hujan merah maroon panjang sampai ke mata kaki, sehingga mirip jubah. Kostum tersebut, dihiasi bercak-bercak cat putih yang tidak rata. Asesoris lain yang dipakainya, yaitu helm standar hitam dengan penutup muka transparan, juga berlumuran cat warna serupa. Bait demi bait puisi karya Umbu Landu Paranggi berjudul Melodia, di...
Bisa dibilang penyair itu pencuri kata-kata yang ulung, sehingga membuat kita terlena, saat membaca rangkaian kalimat-kalimat puitis nan indah. Seperti halnya puisi-puisi tentang kopi karya Joko Pinurbo, yang diakuinya hasil ”mencuri” dari kitab suci. ”Jadi menulis itu kan mencuri, hanya tekniknya harus canggih supaya pembaca tidak tahu bahwa itu curian,” ungkap penyair yang akrab disapa Jokpin, saat berbicara di acara kopi sering Jogja Coffee Week 2019. Bahkan ungkapnya, penyair Sapardi Joko Damono pernah mengatakan jika menulis itu mencuri, dan mencurilah sebanyak-banyaknya supaya tidak ketahuan, dan teknik mencurinya harus halus. Bagi Jokpin yang sudah terlatih ”mencuri”, banyak pembaca tidak menangkap kandungan ayat-ayat dalam puisi yang ditulisnya. ”Karena saya sudah terlatih mencuri jadi tidak kelihatan,” katanya sembari membacakan salah satu kutipan puisinya berjudul kopi tubruk, yang tentunya sangat menarik untuk disimak. ” Dilarang ngopi sa...